Menurut dia, potensi kerajinan sapu yang sudah digeluti masyarakat secara turun-temurun dapat lebih dikembangkan dengan memberikan sentuhan kualitas dan jenis produk yang lebih bervariasi. Termasuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan menejemen pemasaran yang lebih profesional.
Selain itu, sapu sirau itu juga bisa dikembangkan lewat Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), baik pengembangan produksinya maupun pemasarannya. “BUMDes yang ada juga harus diberdayakan. Nanti Dinperindag saya minta lebih intens melakukan pembinaan disini,” imbuh kata Dyah Pratiwi, Selasa (4/4).
Kepala Desa Sirau Hendri Sutrisno, S.Sos mengaku hampir 70 persen masyarakat di desanya menjadi perajin sapu glagah. Dari jumlah kepala keluarga (KK) mencapai 1.600 KK hampir 1000 KK diantaranya menopang kehidupan keluarganya dari hasil kerajinan sapu glagah yang ditekuni.
“Hampir semua perempuan di lima dusun yang ada menjadi perajin. Dan setiap hari rata-rata 20 ribu sapu dapat terjual,” jelas Hendri.
Diakui Hendri, meski kerajinan sapu glagah telah mendarah daging bagi warga setempat, namun menurut Hendri produk yang dihasilkan lebih banyak produk untuk kelas ekonomi mengenah bawah dengan design sederhana. Akibatnya, nilai jualnya rendah.
“Kemarin sudah ada pendataan potensi UMKM. Saya berharap kedepannya, kerajinan sapu glagah desa kami berkembang lebih baik lagi dengan kualitasnya lebih bagus,” katanya.
Satu pengrajin, kata Hendri, bisa memproduksi antara 300-400 sapu per hari. Dari satu pusat kerajinan, bisa dihasilkan antara 2000-5000 sapu per hari. Sementara, bahan baku diperoleh dari tanaman glagah arjuna yang dibudidayakan di perkebunan warga dan pinggiran sungai.
“Kalau bahan baku kita tidak kesulitan. Bahkan, glagah arjuna juga disuplai untuk kebutuhan kerajinan sapu di desa lain,” jelas Hendri.
sumber: gatra.com
0 Response to " 20.000 Sapu Laku Terjual di Desa Ini Setiap Hari"
Posting Komentar